Minggu, 27 September 2009

GERAK DAN OTOT

GERAK DAN OTOT

Gerak Ameboid
Gerak ameboid adalah suatu gerak yang merupakan ciri khas gerak ameba, oleh karena itu semua sel bukan ameba yang melakukan gerak seperti ameba disebut sel ameboid. Ameba tidak memiliki bagian kepala dan ekor yang nyata, semua permukaan tubuhnya dapat membentuk tonjolan yang disebut pseudopodium (kaki semu). Sitoplasma ameba dibedakan menjadi bagian tepi (ektoplasma) berwarna jernih tidak bergranula, dan bagian tengah (endoplasma) yang bergranula. Pada bagian yang bergranula terdapat bagian luar seperti jelly (plasmagel), dan bagian dalam yang lebih cair (plasmasol).
Pada ameba yang sedang bergerak, plasmasol yang ada di tengah-tengah sel mengalir ke arah gerakan, begitu plasmasol mencapai ujung pseudopodium, sebagian dari plasmasol berbelok ke sisi kanan dan kiri, dan sebagian lagi ke arah depan. Plasmasol yang berbelok ke kanan dan ke kiri kemudian berubah menjadi plasmagel, sehingga sebagian besar plasmasol teru mengalir kearah ujung pseudopodium membentuk tudung hialin. Aliran plasmasol ini akan terus berlangsung, sebab di bagian posterior sel terus terjadi perubahan plasmagel menjadi plasmasol (zona pengumpulan). Pembentukan pseudopodium akan berhenti apabila pada ujung depan pseudopodim terbentuk plasmagel.
Gerak Silia dan Flagel
Silia merupakan organel seluler yang sering diklasifikasikan menjadi dua tipe :
1. flagel, merupakan organel yang relatif panjang, biasanya terdapat tunggal atau beberapa saja pada sel
2. silia sebenarnya, yaitu organel yang relatif kecil, terdapat dalam jumlah besar pada permukaan sel
Aktivitas silia terbatas pada medim cair, jadi hanya terdapat pada permukaan tubuh yang tenggelam atau dikelilingi oleh cairan. Gerak silia menghasilkan salah satu atau kedua macam akibat, tergantung dari inersia permukaan yang bersilia itu. Bila inersianya kecil, yang terjadi adalah gerak permukaan yang bersilia itu dalam mediumnya (berpindah tempat). Sebaliknya, bila inersianya besar, atau jika permukaan yang bersilia itu tidak dapat bergerak bebas, maka medim cair eksternal yang bergerak melewati permukaan bersilia tersebut.
Diameter silia dan flagel biasanya 0,2 sampai 0,5 µm. Panjang silia umumnya 10 – 20 µm, sedangkan flagel dari 20 µm sampai beberapa mm. Struktur silia dan flagel pada dasarnya sama, masing-masing mengandung 9 pasang mikrotubul periferal dan 2 mikrotubul tunggal sentral.
Pendapat yang berhubungan dengan silia dan flagel adalah hipotesis mikrotubul geser. Gerak ini memperoleh tenaga dari energi ATP. Pada masing-masing pasang mikrotubul tepi pada aksonema terdapat dua tangan kecil yang mengandung enzim ATP-ase untuk memecah ATP. Jika energi ikatan dalam ATP dilepaskan, tangan-tangan itu berjalan-jalan ke pasangan sebelahnya, sehingga mikrotubul relatif bergeser terhadap filamen lain dalam pasangan itu. Karena adanya tahanan, mengakibatkan aksonema melengkung jika filamen-filamen saling bergeser.
Perbedaan utama silia dan flagel adalah pada pola gerakannya. Flagel bergerak simetris dengan sundulan undulasi mirip dengan gerakan ular, sehingga iar didorong sejajar dengan sumbu memanjang flagel. Sebaliknya, silia bergerak tidak simetris, gerak ke arah yang satu berlangsung dengan silia dalam keadaan kaku desertai tenaga kuat dan gerak cepat. Ini diikuti oleh gerak balik yang lambat dengan silia melengkung berawal dari pangkalnya sehingga kembali pada posisi semula.
Gerak silia terdiri atas:
1. gerak pendulum. Disini silia bergerak seperti bandul ke arah depan dan belakang, yang dapat melengkung hanya bagian pangkalnya saja.
2. gerak fleksural. Silia mulai melengkung di ujungnya, yang dilanjutkan atau dirambatkan kebawah, ke bagian basalnya. Pelurusan kembali dimulai dasar ke arah ujung silia.
3. gerak undulasi / gerak bergelombang. Gerak ini terdapat pada flagel. Gelombang merambat dari dasar menuju ke ujung flagel
4. gerak corong. Merupakan perpaduan antara gerak pendulum dengan gerak fleksural.

Otot dan Gerak Otot

Otot Invertebrata
Invertebrata talah memiliki otot lurik maupun otot polos dengan banyak variasi. Bivalvia atau kerang (Mollusca) memiliki dua macam tipe otot:
1. otot lurik yang dapat berkontraksi cepat, yang memungkinkan kerang dapat mengatupkan cangkangnya dengan cepat bila ada gangguan.
2. otot polos yang mampu melakukan kontraksi dengan lambat dan berlangsung lama.
Dengan memanfaatkan otot ini kerang dapat menutup cangkangnya erat-erat sampai beberapa jam, bahkan beberapa hari.
Otot terbang pada serangga secara funsional berlawanan dengan dengan otot pada bivalvia. Sayap pada beberapa jenis lalat kecil dapat bergerak dengan frekuensi lebih dari 1000 kali per detik. Otot ini disebut otot fibrilar. Otot-otot untuk keperluan terbang ini tidak melekat langsung pada sayap,melainkan pada dinding toraks. Serabut-serabut otot vertikal yang berkontraksi menyebabkan atap toraks (tergum) turun. Berkat adanya titik tumpu (untuk pengungkit) yang dibentuk oleh dinding lateral toraks. Turunnya tergum menyebabkan sayap bergerak ke atas. Serabut-serabut longitudinal ketika berkontraksi akan memperpendek toraks pada arah anteroposterior. Ini akan meninggikan toraks dan menurunkan sayap.

Otot Vertebrata

Otot rangka
Anatomi Fisiologi otot rangka
Semua otot rangka didalam tubuh dibentuk dari sejumlah serabut –serabut otot yang garis tengahnya berkisar antara 10 – 80 mikron. Pada sebagian besar otot serabut tersebut diseluruh panjang otot dan kecuali sekitar 2 % serabut, masing – masing dipersyaraf hanya satu ujung syaraf yang terletak ditengah serabut.
Otot rangka disebut juga otot lurik atau otot sadar, aktivitasnya akan menghasilkan gerakan anggota tubuh, kepala, rahang, bola mata, dan sebagainya. Setiap sel otot rangka berbentuk silinder panjang berinti banyak terletak ditepi sel. Bila dilihat dibawah mikroskop cahaya akan nampak adanya garis –garis melintang gelap dan terang berselang seling sehingga memberi gambaran lurik – lurik pada sel otot. Membran sel otot disebut sarkolema yang dibungkus oleh endomesitum yaitu jaringan ikat yang banyak mengandung serabut kolagen, reticulum dan elastin. Sarkolema terdiri atas membran sel yang dinamakan membran plasma dan satu lapisan tipis polisakarida yang sama dengan lapisan membran basalis disekitar kapiler – kapiler darah, fibril kolagen juga terdapat pada lapisan luar sorkolema. Pada ujung–ujung serabut otot lapisan luar sarkolema ini bersatu dengan serabut –serabut tendo yang selanjutnya, terkumpul dalam berkas yang membentuk tendo otot dan kemudian melekat pada tulang.
Tiap–tiap serabut otot mengandung beratus ratus dan beberapa ribu myofibril dengan bintik bintik pada potongan melintang
Dalam setiap myofibril terdapat filamen tebal dan filamen tipis yang tersusun sejajar namun tidak homogen, sehingga memberikan pita gelap terang pada myofibril. Pita gelap disebut pita A ( A: anisotropic ) merupakan bagian yang ditempati filament tebal dan tipis. Ditengah tengah pita A terdapat daerah yang agak terang yang disebut zona H (H : helter – cahaya ). Pita H merupakan bagian dari myofibril yang dibangun oleh filamen tebal. Pita yang terang disebut pita I (I : isotropic) yang ditengahnya terdapat garis tipis berbentuk gambaran garis Z (Z: Zwischen sheibe yang berarti cakra mantara) . Pita satu merupakan bagian pada myofibril yang dibangun oleh filamen tipis saja. Bagian dari myofibril yang dibatasi oleh dua garis Z disebut sarkormer. Jadi tiap sarkormer terdiri atas pita A yang kedua ujungnya diapit oleh pita I. dengan adanya pita A dan I yang tersusun berselang seling ini maka otot rangka tampak bergaris garis melintang sehingga disebut otot lurik.

Sel sel otot secara unik diadaptasikan untuk melakukan kontraksi. Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka memiliki suatu sistem tubulus tranfersal (tubulus T)



Gambar : Susunan Tulang Filamen Aktin dan Miosin pada Sarkormer
Dalam keadaan istirahat daya tarik antara filament aktin dan myosin dihambat, tetapi bila potensial aksi berjalan pada membran serabut otot, potensial aksi ini menyebabkan dikeluarkannya ion kalsium dalam jumlah besar kedalam sarkoplasma sekitar myofibril. Ion-ion kalsium ini mengaktifkan daya tarik antara filament filament dan mulai terjadi kontraksi tetapi energi juga diperlukan untuk berlangsungnya proses kontraksi. Energi ini berasal dari ikatan fosfat berenergi tinggi Adenosine trifosfat (ATP) yang dipecahkan menjadi ADP untuk memberikan energi yang dibutuhkan.
A. Stuktur filament tipis (filament aktin)
Filamen tipis tersusun atas aktin, tropomiosin dan troponin. Aktin berada sebagai suatu filament panjang (aktin F) yang tersusun atas monomer aktin globular (aktin G). Suatu filament tipis terdiri atas 2 filamen aktin yang saling terpilin dalam suatu bentukan spiral ganda. Tropomiosin pada suatu filament tipis merupakan suatu benang panjang (lebih kurang 40 nm), tersusun atas 2 rantai polipeptida yang membentuk suatu spiral α. Pada setiap filament tipis terdapat 2 benang tropomiosin yang berjalan diatas subunit aktin sepanjang sisi luar antara 2 benang aktin yang terpilin. Fungsi tropomiosin adalah menutup tempat perlekatan myosin pada molekul aktin pada saat otot istirahat.



B. Struktur filament tebal (filament myosin)
Suatu filament tebal tersusun atas molekul-molekul myosin yang merupakan suatu molekul besar seperti batang tipis (lebih kurang 200 nm) yang tersusun atas 2 spiral peptida yang saling berpilin. Setiap molekul myosin pada salah satu ujungnya memiliki 2 bulatan (kepala) yang panjangnya 20nm dan lebar 2nm bagian ini disebut jembatan silang (cross bridge) myosin yang menonjol keluar filamen tebal.



Otot polos
Sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan 1 inti ditengah sel. Penampangnya berukuran 2-10 µm, sedangkan panjangnya 50-200 µm. Reticulum sarkoplasma tidak berkembang dengan baik dan tubulus T tidak ada. Susunan filamen tebal dan filament tipis, dalam otot polos Nampak hampir acak, organisasi sarkomerik dan pita Z nya tidak ada. Proporsi dan organisasi filament tabal dan tipisnya berbeda, tidak tersusun sejajar tapi saling menyilang membentuk kisi-kisi. Filament tebal mengandung myosin, sedangkan filament tipis hanya mengandung aktin tropomiosin tanpa troponin. Serabut otot polos mengandung filament antara (intermediate) yang bersifat non kontraktil yang melekat pada “ Dense bodies” dan sarkolema dense bodies merupakan tempat melekatnya filament tipis (sebagai pengganti garis Z).
Berdasarkan pada perbedaan dalam bagaimana serabut otot menjadi aktif, otot polos dikelompokkan menjadi 2:
1. otot polos unit jamak (multi unit) yang menunjukkan sifat-sifat antara otot polos unit tunggal dan otot rangka. Otot polos unit jamak terdiri atas banyak unit-unit yang fungsinya secara bebas terpisah satu dengan lainnya, yang secara distimulus secara terpisah oleh saraf untuk berkontraksi. Jenis otot ini terdiri dari serabut-serabut otot polos yang tersebar. Permukaan luar serabut ini diliputi oleh zat yang tipis, suatu glikoprotein yang membantu memisahkan serabut-serabut satu dengan yang lainnya. Sifat otot polos multi unit adalah pengawasannya hampir seluruhnya ditimbulkan oleh signal-signal saraf dan sangat sedikit oleh rangsangan lain. Otot polos ini terdapat pada dinding pembuluh darah besar, saluran udara besar ke paru-paru, otot-otot mata yang mengatur lensa untuk melihat dekat dan jauh, otot iris mata, dan otot pada dasar folikel rambut.
2. otot polos visceral. Serabut ototnya sama dengan serabut otot multi unit kecuali mereka berkelompok dan terletak berdekatan sekali sehingga sel-sel membran antara sel-sel yang berdekatan bersatu atau hampir tersatu. Untuk berkontraksi, otot polos ini dapat mengaktifkan diri sendiri tanpa memerlukan stimulus melalui syaraf. Sel otot polos ini tidak menjaga potensial istirahat yang konstan, namun potensial membrannya berfluktuasi terus tanpa pengaruh faktor esternal sama sekali. Jenis otot ini ditemukan pada sebagian besar organ tubuh khususnya dinding usus, saluran empedu, ureter, uterus, dan sebagainya.

Otot Jantung
Otot jantung menyusun dinding jantung, memiliki sifat antara otot rangka dan otot polos. Serabutnya mirip otot rangka tetapi disyarafi oleh system syaraf otonom dan dapat berkontraksi tanpa stimulasi syaraf sama sekali. Sel otot jantung bercabang cabang dan membentuk anyaman. Dibawah mikroskop cahaya sel otot jantung tampak bergaris garis melintang seperti otot rangka, mempunyai inti terletak ditengah tengah sel. Sel otot jantung mamalia memiliki reticulum sarkoplasma yang berkembang baik dan system tubulus T yang umumnya lebih luas dari pada yang terdapat pada otot rangka.


Otot jantung memiliki myofibril khas yang mengandung filament aktin dan myosin dan filament ini selama proses kontraksi saling bertautan satu dengan yang lainnya. Daerah gelap yang tegak lurus menyeberangi serabut otot jantung dalam gambar adalah discusinterkalaris, akan tetapi mereka sebenarnya adalah membran sel yang memisahkan sel otot jantung satu dengan lainnya.

Fisiologi Aktivitas Otot
Jaringan otot memiliki sifat umum yaitu:
1. Iritabilitas ( peka terhadap rangsangan)
2. Konduktivitas ( mampu merambatkan impuls )
3. Metabolisme
Sifat jaringan otot yang khas adalah kontraktilitas ( kemampuan untuk berkontraksi) yang tinggi, ekstensibilitas dan elastisitas.
Sifat irritabilitas merupakan kemampuan otot untuk memberikan tanggapan/ merespon impuls stimulus yang mengenainya baik langsung maupun melewati syaraf. Sifat ini dapat melemah, misalnya otot dalam keadaan lelah akibat pemberian rangsang yang terus menerus, dan dapat meningkat apabila otot dalam kondisi optimum, yaitu cukup energi dan oksigen.
Berdasarkan intensitasnya rangsangan dapat dibedakan menjadi:
1. Rangsang bawah ambang yaitu rangsang yang tidak mampu menimbulkan respon.
2. Rangsang ambang yaitu rangsang terkecil yang cepat dapat menimbulkan tanggapan.
3. Rangsang submaksimal yaitu rangsang yang intensitasnya bervariasi dari rangsang ambang sampai rangsang maksimal.
4. Rangsang maksimal yaitu rangsang yang dapat menimbulkan tanggapan maksimal.
5. Rangsang supramaksimal yaitu rangsang yang intensitasnya lebih besar dari rangsang maksimal, tetapi tanggapan yang ditimbulkan juga maksimal.
Sifat konduktivitas ditunjukkan sel otot dari kemampuannya merambatkan potensial asli dari sel ke sel melalui persambungan listrik maupun sarkolemanya. Kontraktilitas/ kemampuan berkontraksi pada sel otot disebabkan sel otot memiliki protein kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan yang cukup kuat maka otot akan memendek.
Sifat ekstenbilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang apabila diberi beban/ gaya, sedangkan elastisitas otot adalah kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila gaya/ beban yang diberikan pada otot dihilangkan.
Otot mampu bertambah besar apabila dilatih (hipertropi) seperti pada latihan beban. Ini diakibatkan oleh bertambahnya diameter sel-sel otot akibat meningkatnya sintesis aktin dan myosin. Sebaliknya bila otot tidak pernah dilatih maka otot akan mengecil (atropi) karena kekurangan aktin dan myosin. Atropi yang lain adalah deinervation atrophy karena tidak adanya pengaruh syaraf ke otot, contohnya pada anggota tubuh yang mengalami kelumpuhan.
Jika otot dirangsang maka ia akan berkontraksi dengan kapasitas kontraksi penuh tanpa tergantung pada kekuatan stimulus, asal kekuatan stimulus lebih besar/ sama dengan stimulus ambang. Ini disebut dengan prinsip all or none ( iya atau tidak sama sekali). Berbeda dengan sel otot kontraksi jaringan otot tidak mengikuti prinsip all or none, artinya otot akan berkontraksi lebih kuat apabila dikenai stimulus yang lebih kuat.


Gambar. Unit Motorik sebagai unit dasar kontraksi otot.

Macam-macam Kontraksi Otot
Suatu stimulus tunggal (yang menimbulkan potensial aksi) bila dikenakan pada suatu serabut otot, akan menghasilkan suatu kontraksi otot tunggal pada serabut otot tersebut. Bila potensial aksi kedua diberikan setelah otot mencapai relaksasi penuh, maka akan terjadi kontraksi tunggal kedua dengan kekuatan sama dengan kontraksi pertama. Namun bila potensial aksi kedua itu diberikan belum mencapai relaksasi penuh, maka akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama kondisi ini dinamakan penjumlahan kontraksi.
Bila suatu otot diberi stimulus dengan sangat cepat namun diantara dua stimuli masih ada sedikit relaksasi, maka akan terjadi tetanus tidak sempurna. Bila tidak ada kesempatan otot untuk relaksasi diantara dua stimuli, maka akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.
Kontraksi Isotonic dan Isometrik
Pada suatu kontraksi isotonik tegangan otot tetap konstan, tetapi otot mengalami perubahan panjang sedangkan pada kontraksi isometrik otot yang berkontraksi tidak mengalami perubahan panjang, tetapi terjadi perubahan pada tegangannya. Ada 2 macam kontraksi isotonic yaitu konsentrik dan esentrik. Otot pada kedua macam kontraksi mengalami perubahan panjang pada tegangan yang konstan. Pada kontraksi isotonik-konsentrik,otot memendek sedangkan pada kontraksi isotonik- esentrik otot memanjang atau meregang selama kontraksi.
Hubungan Antara Kecepatan Memendek dengan Beban
Makin besar beban makin lambat kecepatan memendek. Kecepatan memendek akan maksimal bila tidak ada beban eksternal, kecepatan memendek akan menurun bila beban dinaikkan dan kecepatan menjadi 0 bila beban sama dengan atau melebihi tegangan maksimal.

Kontraksi Otot Rangka
Teori pergeseran filament mengatakan bahwa kontraksi otot disebabkan oleh pergeseran filament tipis oleh aktivitas jembatan silang myosin, jadi tidak ada pelipatan atau pemendekan filamen. Kontraksi otot melibatkan potensial aksi ujung akson syaraf motorik, ATP, dan ion kalsium yang tersimpan dalam reticulum sarkoplasma. Proses kontraksi otot secara garis besar adalah sebagai berikut : impuls syaraf yang sampai pada ujung akson syaraf motorik akan meningkatkan permealibitas membran prasinaps terhadap Ca ++ . masuknya Ca ++ kedalam neuron prasinaps ( secara difusi ), akan memicu pembebasan neurotransmitter ( dari dalam vesikel ) secara eksositosis ke celah sinaps. Neurotransmitter yang dibebaskan kecelah sinaps akan berdifusi dan berinteraksi dengan protein reseptor pada membran sel otot. Interaksi ini membangkitkan implus ( potensial aksi ) berupa membran sel otot.

Proses Kontraksi pada Otot Polos
Kontraksi diaktifkan oleh ion kalsium, ATP diubah menjadi ADP dan kontraksi terjadi sebelah depolarisasi membran dan berhenti kurang dari satu detik sampai beberapa detik setelah depolarisasi. Kontraksi otot polos hanya timbul satu seperempat atau satu seperdua belas kecepatan otot rangka relaksasi pada akhir potensial aksi sering sangat panjang.
Kontaksi otot polos sangat tergantung pada kontraksi Ca++ intraseluler. Ca++mengaktifkan otot polos dengan pengaturan rantai myosin. Otot polos dapat diaktifkan secara spontan oleh syaraf, hormon, dan beberapa kasus oleh regangan otot.

Kontraksi Otot Jantung
Eksistasi kontraksi kopling fungsi ion kalsium. Potensial aksi itu sendiri tidak merupakan penyebab otot jantung berkontraksi. Sebagai gantinya menggerakkan ion ion kalsium kedalam myofibril. Mungkin hal ini terjadi dengan cara sebagai berikut : Bila potensial aksi berjalan pada otot, ia juga menyebabkan aliran potensial aksi itu kebagian dalam serabut melalui T tubule. Potensial aksi T tubule ini selanjutnya diduga melepaskan ion ion kalsium dari sistema reticulum sarkoplasma. Ion kalsium ini berdifusi dengan cepat kedalam myofibril dan ion ini mengkatalis reaksi reaksi kimia yang menimbulkan pergeseran filament aktin dan myosin satu sama lain, hal ini selanjutnya menimbulkan kontraksi otot. Segera setelah potensial aksi berakhir, ion kalsium ditranspor kembali kedalam tubulus longitudinalis retukulum sarkoplasma, sehingga dalam beberapa milidetik densitas ion ion kalsium sekitar myofibril turun dibawah yang diperlukan untuk mempertahankan kontraksi, sebagai akibatnya otot relaksasi.

Peranan ATP dan fosfagen pada Kontraksi Otot
Untuk berkontraksi, otot memerlukan energi ATP dengan reaksi sebagai berikut :
ATP ADP + H3PO4 + energi, untuk kontraksi……….(1)
Apabila karena suatu hal ATP menurun ( contohnya olah raga berat dalam waktu lama), maka keadaan dapat diatasi dengan jalan merombak fosfagen (tersimpan dalam otot). Fosfagen akan memberikan gugus fosfatnya kepada ADP untuk resintesis ATP. Fosfagen dapat berubah fosforilkreatin / fosfokreatin, fosforilarginin, fosforiltaurosianin, fosforilglikosianin/ fosforilambrisil.
Fosfokreatin + ADP keratin + ATP ……….(2)
Jika otot bekerja keras dan lama, maka mungkin pasok oksigen ke otot menjadi kurang dan tidak mencukupi untuk mengoksidasi glukosa menjadi sempurna. Apabila hal ini terjadi maka otot akan mendapatkan energinya sebagian besar dari glikolisis anaerob, energi ini digunakan untuk mensintesis kembali fosfokreatin
Gkukosa  asam laktat + energi, untuk resistesis fosfokreatin (anaerob)……(3)
Reaksi (2) dapat berlangsung bolak balik, sehingga apabila ATP berlebihan, maka banyak fosfokreatin dihasilkan dan disimpan dalam otot.Jika otot berkontraksi dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan. Ini berkaitan dengan menurunnua jumlah ATP, glikogen, dan fosfokreatin, sedangkan ADP, AMP dan asam laktat meningkat kadarnya Dalam keadaan semacam ini ATP dapat diperoleh dengan mengubah ADP menjadi ATP dengan bantuan miokinase dan Mg++
2 ADP ATP + AMP……….(4)
Setelah otot berkontraksi maka 1/5 dari asam laktat yang tertimbun akan dioksidasi menjadi H2O + CO2 dan energi yang dilepas digunakan mengubah asam laktat menjadi glikogen yang selanjutnya disimpan dalam otot.
1/5 asam laktat + O2  H2O + CO2 + energi

As. Laktat  Glikogen

Hutang Oksigen
Otot mampu beraktivitas dalam keadaan an aerob dengan menggunakan energi dari glikolisis. Konsekuensi dari aktivitas ini adalah meningkatnya asam laktat dalam otot. Setelah selesai beraktivitas, asam laktat ini sebagian kecil (1/5) dioksidasi dan sebagian besar (4/5) dikonversi kembali menjadi karbohidrat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam keadaan darurat (kurang oksigen) otot ”menghutang” oksigen, dan apabila keadaan darurat telah terlampaui, maka hutang itu akan segera dibayar.

Tidak ada komentar: