Minggu, 27 September 2009

Anatomi Fisiologi Manusia SISTEM TRANSPORTASI

SISTEM PEREDARAN DARAH


I. Alat-alat Peredaran Darah

1. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos, yaitu di luar kemauan manusia (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempatnya ini terasa adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan, dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode:
a. periode kontriksi (periode sistole), suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.
b. Periode dilatasi (periode diastole), suatu keadaan ketika jantung mengembang.
c. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti, kira-kira 1/10 detik.

2. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal, tetapi sifatnya elastis dan terdiri dari 3 lapisan yaitu:
a. Tunika intima / interna, yaitu lapisan yang paling dalam sekali, berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b. Tunika media, yaitu lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
c. Tunika eksterna / adventisia, yaitu lapisan yang paling luar sekali, terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri.
Arteri yang paling besar di dalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. Arteri ini mempunyai cabang-cabang ke seluruh tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler).

3. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian / alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan, pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.

4. Kapiler
Kapiler (pembuluh rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat halus, diameternya kira-kira 0.008 mm. Dindingnya terdiri dari sutu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu: rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut atau kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karenanya secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya sangat tipis, maka plasma dan zat makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.


5. Saluran limfe
Struktur pembuluh limfe hampir sama dengan pembuluh darah tapi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe terlihat seperti rangkaian merjan. Saluran limfe mengumpulkan, menyaring, dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang keluar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan.

II. Darah dan Fungsi Darah
Darah adalah suatu suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap, tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Viskositas atau kekentalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai berat jenis 1,041 - 1,067, temperatur 38OC dan pH 7,37 - 7,45.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.

Fungsi darah
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu:
o Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
o Mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
o Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh.
o Mengangkut atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat racun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
4. Berperan dalam homeostasis tubuh (untuk mengimbangi interaksi darah dengan lingkungan luar).

Bagian-bagian Darah
1. Sel-sel darah
a. eritrosit (sel darah merah)
b. leukosit (sel darah putih)
c. trombosit (sel pembeku darah)
2. Plasma darah
a. air 91 %
b. protein 3 % (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen)
c.mineral 0,9 % (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium, dan zat besi)
d. bahan organik 0,1 % (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino)

A. Sel-Sel Darah
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Ciri-cirinya:
- Fungsi: mengangkut O2 dan CO2
- Diameter: 7 – 8 µm
- Tebal tepi kira-kira 2 µm dan bikonkaf
- Jumlah eritrosit pada pria 5 juta/mL, pada wanita 4,5 – 5 juta/mL
- Eritrosit kaya akan hemoglobin (yang berfungsi mengikat O2)

2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Ciri-cirinya:
- Fungsi:
o Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel)
o Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
- Terdiri dari:
a. Granulosit, ciri-cirinya:
o Memiliki inti tidak teratur
o Sitoplasmanya memiliki granula yang spesifik, sehingga masing-masing granulosit dibedakan atas:
1. Neutrofil, ciri-cirinya:
- membangun 40 – 60 % leukosit
- dalam 1 mm3 darah terdapat 4500 sel
- inti memiliki 3 – 4 lobus
- diameter ±12 – 15 µm
- fungsi: sebagai fagositosis dan menghancurkan jasad renik
2. Eusinofil, ciri-cirinya:
- membangun 5 % dari leukosit
- dalam 1 mm3 darah terdapat 200 sel
- berlobus 2
- diameter 9 µm
- fungsi: sebagai fagositosis (terjadi lambat)
3. Basofil, ciri-cirinya:
- membangun hanya 1 % leukosit
- dalam 1 mm3 terdapat 5 sel
- terdiri dari 2 – 3 lobus inti
- diameter 12 µm
- fungsi: sebagai perangsang terbentuknya immunoglobulin (IgE)
b. Agranulosit, ciri-cirinya:
o inti teratur
o sitoplasmanya tidak memiliki granula yang spesifik, sehingga sulit untuk membedakan limfosit dan monosit
o Terdiri dari:
1. Limfosit, ciri-cirinya:

- jumlahnya banyak
- membangun 20 – 40 % dari leukosit
- dalam 1 mm3 terdapat 2500 sel
- diameter 5 – 8 µm / 15 µm (bervariasi)
- intinya bulat hampir mengisi semua sel
- fungsi: untuksistem kekebalan (antibodi dan antigen)
- selain terdapat di sel darah juga terdapat di jaringan ikat, nodus lymf, limpa tonsil (terdapat di amandel), limpa (berfungsi sebagai antibodi), fagositosis (menyimpan / menimbun darah)
2. Monosit, ciri-cirinya:
- membangun 7 % dari leukosit
- dalam 1mm3 terdapat 300 sel
- diameter 12 – 18 µm
- inti bulat
- mengandung lisosom dan alat golgi
- selain terdapat di sel darah putih, juga terdapat di jaringan ikat dan paru-paru.

3. Trombosit (Keping-Keping Darah)
Ciri-cirinya:
- Fungsi: pembekuan darah
- Tidak berinti
- Jumlahnya 200.000 – 400.000 sel
- Berasal dari pertunasan sel sum-sum tulang yang besar dan berinti banyak (megakariosis)
- Diameter 2 – 4 µm

B. Plasma Darah
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adalah:
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah
2. Garam-garam mineral
3. Protein darah
4. Zat makanan
5. Hormon
6. Antibodi / antitoksin

III. FUNGSI PEMBULUH LIMFA
Susunan limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil. Sistema saluran limfe berhubungan erat dengan sistema sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes ke dalam ruang-ruang jaringan. Struktur pembuluh limfe yang hampir sama dengan pembuluh darah tepi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe terlihat seperti rangkaian merjan.
Fungsi pembuluh limfe adalah:
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran organisme itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

IV. GOLONGAN DARAH
Permukaan membran eritrosit mengandung antigen tertentu yang bersifat diwariskan. Antigen itu menentukan golongan darah. Penggolongan darah yang paling banyak digunakan adalah system ABO. Dalam sistem ini darah digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu A, B, AB, O. Huruf-huruf tersebut mengacu kepada golongan antigen yang ada dalam membran eritrosit seseorang.

Tabel: Golongan Darah
Gol darah Antigen pada eritrosit Antibodi dalam plasma Aman ditransfusi
ke dari
A A B A, AB A,O
B B A B, AB B,O
AB A + B - AB A,B,AB,O
O - A + B A,B,AB,O O
Antibodi lawan antigen eritrosit A tidak terdapat dalam plasma darah orang bergolongan darah A, namun terdapat dalam plasma orang bergolongan darah B, dan sebaliknya. Bila seseorang diberi darah yang golongannya tidak cocok dengan golongan darahnya sendiri, maka dimungkinkan terjadi dua reaksi antigen-antibodi yang berbeda. Pertama, mungkin terjadi reaksi antigen-antibodi yang berat sebagai pengaruh antibodi dalam plasma resipien terhadap eritrosit donor yang datang. Kedua, terjadi reaksi antigen-antibodi yang kurang berarti akibat pengaruh antibodi donor terhadap antigen eritrosit resipien, kecuali bila jumlah darah yang ditransfusikan sangat besar, maka antibodi donor akan merusak eritrosit resipien.
Interaksi antibodi dengan antigen yang terikat pada eritrosit mungkin menghasilkan aglutinasi (penggumpalan) atau hemolisis (pecah). Aglutinasi dan hemolisis donor oleh antibodi plasma resipien dapat menyebabkan reaksi transfusi yang fatal. Aglutinasi eritrosit donor yang datang dapat menyumbat pembuluh-pembuluh kecil. Disamping itu, salah satu akibat yang sangat mematikan dari kesalahan transfusi adalah kegagalan ginjal akut yang disebabkan oleh pembebasan hemoglobin yang sangat banyak dari eritrosit donor yang rusak. Bila hemoglobin yang bebas dalam plasma meningkat di atas tingkat kritis, hemoglobin tersebut akan mengendap dalam ginjal dan akan menghambat pembentukan urin.

Faktor Rhesus
Selain sistem antigen A dan B, terdapat banyak antigen eritrosit dan antibodi plasma yang lain yang dapat menyebabkan reaksi transfusi, dan salah satunya yang paling penting adalah faktor Rhesus (faktor –Rh). Seseorang yang eritrositnya mengandung faktor Rhesus disebut memiliki darah –Rh positif, sebaliknya yang tidak memiliki faktor Rhesus disebut –Rh negatif.
Salah satu perbedaan dasar antara sistem ABO dengan sistem Rhesus adalah bahwa antibodi Rhesus bukanlah antibodi alami, artinya antibodi –Rh tidak terbentuk secara alamiah, tetapi disintesis sebagai respon terhadap adanya antigen –Rh. Seseorang yang –Rh negatif tidak akan mensintesis antibodi Rh kecuali bila ke dalam tubuh seseorang Rh negatif tersebut masuk antigen Rh dari darah Rh positif. Transfusi darah Rh positif kepada Rh negatif akan menghasilkan reksi transfusi berupa terbentuknya antibodi Rh kepada darah Rh negatif, sehingga darah Rh negatif hanya dapat menerima transfusi dari darah Rh negatif. Faktor –Rh akan menjadi masalah penting bila seorang ibu mengandung fetus yang Rh positif. Antibodi Rh yang terbentuk dalam darah ibu akan dapat masuk ke peredaran fetus dan dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis.

Golongan Darah MN
Antigen MN diturunkan menurut hukum Mendel. Dari penelitiannya, Landsteiner menemukan antigen jenis lain dalam membran sel darah merah, yaitu antigen M dan N. Berdasarkan adanya antigen M dan N, darah manusia digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu golongan darah M, N, dan MN. Golongan darah MN tidak disertai dengan adanya antibodi-antigen di dalam plasma darah sehingga dalam transfusi darah, ketiga antigen ini tidak diperhatikan.

V. PROSES PEMBEKUAN DARAH
Mekanisme terjadinya proses pembekuan darah:
Luka, trombosit pecah Trombokinase keluar
Protrombin Menjadi trombin
Fibrinogen Menjadi fibrin
Proses pembekuan darah diawali ketika terjadinya luka. Pada saat terjadi luka darah keluar dari pembuluhnya. Trombosit yang pecah mengeluarkan trombokinase. Trombokinase yang keluar akan mengubah protrombin menjadi enzim yang aktif yang disebut trombin. Dengan bantuan vitamin K dan ion Ca+. Setelah itu trombin akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan menutupi luka sehingga darah akan membeku. Darah yang sukar membeku disebabkan oleh penyakit hemofilia. Pada penderita hemofilia jika terjadi luka, darah gagal membeku karena kekurangan kemampuan genetik mensintesis faktor VIII, yaitu faktor antihemofilia (globulinantihemofilia), yang diperlukan untuk pembentukan aktifator protrombin dari komponen-komponen darah.

VI. KELAINAN DAN GANGGUAN PADA SISTEM PEMBULUH DARAH
1. Perikarditis, yaitu peradangan selaput pembungkus jantung dan kantung tempat jantung berada. Selaput yang meradang ini dapat mengeluarkan cairan yang berkumpul menjadi pembengkakan perikardial yang menyukarkan gerakan jantung dan mungkin menghendaki penyedotan. Setelah tahap akut berlalu, perikardium bisa menjadi tebal dan kaku dan menghambat gerakan jantung.
2. Endokarditis. Endokardium adalah membran yang menyelimuti bagian dalam jantung. Membran ini bisa terkena peradangan, khususnya berhubungan dengan demam rematik. Peradangan akan meninggalkan bekas parut yang biasanya menyebabkan penyempitan lubang katup dan menghasilkan stenosis katup mitral. Akan tetapi kalau katup itu terdapat kerusakan hingga tidak dapat menutup penuh maka akan menyebabkan inkompetensi (ketidakmampuan) katup.
3. Penyakit arteri koronaris, yaitu pembuluh-pembuluh darah koroner berangsur-angsur menyempit karena aterosklerosis atau karena tiba-tiba terjadi penyumbatan oleh trombus (bekuan darah). Dari kedua hal itu miokardium bisa kehilangan sebagian dari persediaan darahnya (iskhemia miokardial), dan menimbulkan rasa sakit atau angina pectoris. Bila arterinya sumbat sama sekali, maka sebagian dari otot jantung mati, dan keadaan ini disebut infark miokard. Ini adalah bentuk serangan jantung yang sering terjadi yang disertai rasa sakit yang hebat pada dada dan kegagalan peredaran darah.
4. Sinkop, yaitu kehilangan kesadaran dengan tiba-tiba karena disebabkan anoxia pada otak akibat iskhemia serebral. Ini disebabkan oleh desakan darah yang turun dengan tiba-tiba (pingsan biasa) atau akibat penyakit jantung itu sendiri.
5. Kegagalan jantung kongestif, ditandai oleh dispnea (sesak napas) dan penimbunan cairan udema di dalam jaringan lunak yang disebabkan oleh kegagalan gerakan memompa jantung. Cairan berkumpul di dalam bagian-bagian badan yang terlentak paling rendah, seperti mata kaki,sacrum, atau skrotum.
6. Jantung berhenti, yaitu suatu keadaan yang sangat genting yang menuntut pertolongan segera karena kalau otak tidak mendapat antaran darah selama lebih dari 3 sampai 4 menit, maka dapat terjadi kerusakan yang tidak dapat dipulihkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA


Pearce, Evelyn C. 1989. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta. PT Gramedia
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta. Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No 3979 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional

Tidak ada komentar: